Tragedi Al Faros

Melihat indahnya aneka kupu-kupu yang beterbangan di kebun bunganya, seorang petani bunga ingin menambah keindahan kebun tersebut dengan lebih banyak lagi kupu-kupu. Dia mulai berburu kepompong dan dikumpulkannya di pojok kebun tersebut. Hari demi hari diamatinya kepompong-kepompong ini, sampailah pada hari H dimana kepompong mulai mengalami bukaan kecil yang nampaknya akan menjadi pintu  keluar sang calon kupu-kupu.

Berjam-jam dia mengamati betapa bayi kupu-kupu berjuang dengan susah payah untuk bisa keluar dari kempompongnya melalui lubang yang sangat sempit, petani tersebut menjadi tidak sabar dan ingin cepat-cepat membantunya. Diambilnya gunting dan Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Cerita Umum, Entrepreneurship | Tag , , , | Meninggalkan komentar

Kisah Keledai Mengambil Hikmah

Suatu hari seorang petani dikejutkan dengan suara erangan keledai yang sangat keras, dia berlari ke sumber suara dan mendapati keledai miliknya tercebur kedalam sumur tua yang dalam. Setelah berpikir keras bagaimana dia bisa menyelamatkan keledainya, dia tidak menemukan cara untuk mengangkat keledai dari dalam sumur tersebut. Diundangnya para tetangga untuk membantu, tetap tidak ketemu cara untuk melakukannya.

Lantas si petani bermusyawarah dengan para tetangga yang sudah ramai berkumpul : “Aku kasihan mendengar erangan keledaiku, lagi pula sumur tua ini sudah tidak aku pakai – bagaimana kalau keledaiku yang didalam sana kita kubur sekalian dengan tanah untuk mengakhiri penderitaannya ?

Para tetangga menyetujui usulan si empunya keledai dan mulai membantu mengurug sumur dengan tanah. Ketika sekop demi sekop tanah mulai menimpa punggung si keledai, si keledai semakin mengerang – tetapi kemudian dia mendadak diam dan berpikir. Dalam hatinya dia berkata “Tuanku sangat menyayangiku, pasti dia sedang menolong aku dengan tanah ini !”.

Lantas bersamaan dengan semakin banyaknya tanah yang dilempar kedalam sumur, kaki keledai mulai menginjak ke tanah yang baru dilempar tersebut. Dia langsung berpikir : “oh begini cara tuanku menyelamatkanku, dia melempar tanah banyak-banyak kedalam sumur supaya aku bisa berpijak dan makin banyak tanah dilempar akan sampailah aku ke permukaan”.

Maka itulah yang dilakukan si keledai di dalam sumur, setiap tanah yang dilempar kedalam sumur menjadi pijakannya untuk semakin dekat ke permukaan. Sebagian tanah memang mengenai tubuhnya tetapi bisa dikibaskannya dan menjadi pijakannya pula.

Karena sudah beberapa saat tidak mendengar erangan si keledai lagi, si petani mengomandoi tetangganya untuk berhenti : “Stop – stop, nampaknya keledaiku sudah mati “. Lantas serentak mereka melongok kedalam sumur. Bukan main terkejutnya petani dan para tetangga karena didapatinya keledai bukannya mati – malah dengan wajah yang nampak gembira (iya, para pemilik keledai ‘tahu’ kapan keledainya gembira dan kapan bersedih !) di sudah sangat dekat dengan permukaan.

Para petani dan tetangga pun mahfum bahwa tanah-tanah yang mereka lempar kedalam sumur untuk mengubur si keledai, ternyata malah berguna sebagai pijakan si keledai tersebut untuk naik ke permukaan sumur. Maka beramai-ramailah si petani dan tetangga untuk meneruskan melempar tanah kedalam sumur sampai sumur rata dengan tanah dan keledai segar bugar sampai ke permukaan.

Ada beberapa hal yang sesungguhnya membuat si keledai tadi selamat, pertama adalah tidak panik dalam menghadapi permasalahannya, kedua prasangka baik terhadap tuannya dan ketiga adalah mampu melihat sisi positif dari apa yang dialaminya dan keemapat berusaha dengan sungguh-sungguh mewujudkannya. Tidak panik adalah ketika si keledai berhenti mengerang kemudian berpikir, prasangka baik adalah ketika si keledai tidak melihat tanah-tanah yang dilempar petani dan para tetangga kedalam sumur adalah upaya mereka untuk menguburnya. Sisi positif adalah ketika dia melihat tanah-tanah tadi sebagai pijakannya untuk naik ke permukaan.

Dalam hidup, masalah demi masalah tentu kita hadapi. Tetapi bukan masalah-masalah tersebut yang menjadi masalah, terkadang justru sikap kitalah yang menjadi masalah. Sejauh kita tidak panik dalam menghadapi masalah, selalu berprasangka baik padaNya, maka insyaAllah kita akan ketemu juga sisi positif dari masalah-masalah tersebut. Amin.

Dengan kata lain, kita harus sabar menghadapi ujian, khusnudzon billah wa su’udzon bi nafs (prasangka baik pd Allah dan introspeksi diri), tidak fokus pada masalah (tanah yg diatas) tapi fokus pada solusi (tanah yang dibawah) sehingga bisa mengambil hikmahnya (tanah sebagai pijakan), serta dengan keyakinannya berikhtiar sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuannya. Bila semuanya dijalani dgn keimanan yg benar/lurus, InysaAllah pertolongan Allah itu dekat dan Allah bersama dengan orang-orang yang sabar..

Mata nashrullah…Alaa inna nashrullahi qoriib.

Dimanakah pertolongan Allah…ketahuilah, sesungguhnya pertolongan ALLAH itu dekat. (QS Al Baqarah: 214)

Sumber: geraidinar.com dengan penambahan point ke empat dan paragraf terakhir.

Dipublikasi di Akhlaq, Cerita Umum, Entrepreneurship | Tag , , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Tuhanku yang Dia memberi makan dan minum kepadaku

Keyakinan terhadap sumber rizki akan sangat mempengaruhi sikap dan tindak kita dalam mencari rizki.  Karena mengira perusahaan/instansi tempatnya bekerja adalah sumber rizki, banyak karyawan-karyawati shaleh/shalehah rela disuruh ini itu yang melanggar syariah seperti riba , riswah dan sejenisnya. Hati kecilnya menolak, tetapi imannya tidak cukup kuat untuk bilang tidak pada atasannya karena takut dipecat, takut tidak mendapatkan rizki. 

Untuk inilah kita perlu belajar menguatkan ke-tauhid-an termasuk dalam hal pencarian rizki ini. Allah menceritakan dialog antara Nabi Ibrahim A.S dengan bapaknya di Al-Qur’an, agar menjadi contoh dan pelajaran bagi kita. 

Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?” . Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”.

Berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa) mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudarat?”. Mereka menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”.

Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”.

Seandainya anak-anak kita ditanamkan sejak balita dari mana sumber makanan kita, siapa yang memberi dan bagaimana bisa sampai ke piring kita, sambil diceritakan kisah Nabi Ibrahim diatas atau semisalnya,  inysaAllah akan membekas kuat dalam penanaman ketauhidan yg bersih pada anak-anak kita, jauh dari syirik, riba maupun korupsi yang merugikan orang lain krn takut tidak dapat makan dan minum.

Sumber inspirasi: geraidinar.com

Dipublikasi di Akhlaq, Al Qur'an, Aqidah | Tag , , , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Amalan Tiga Orang Berilmu

Dahulu kala ada gadis yang sangat cantik dari keluarga bangsawan yang ingin menjadi wanita shalehah. Karena di jaman itu pendidikan untuk wanita ini terbatas, maka cara yang paling efektif untuk belajar adalah melalui suami yang shaleh.  Ketika si gadis ini hendak menikah, dengan keterbatasan ilmunya dia mensyaratkan tiga hal bagi lelaki yang layak untuk menjadi pendamping hidupnya. Tiga hal ini adalah mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari, shalat malam sepanjang malam setiap malam dan berpuasa setiap hari sepanjang tahun.

Dengan syarat yang sangat berat bagi kebanyakan orang ini, tidak ada laki-laki dari kalangan bangsawan yang berani melamar gadis cantik yang ingin menjadi wanita shalehah tersebut. Satu-satunya yang berani melamar dan sanggup Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Akhlaq, Cerita Umum, Hadist | Tag , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Kewajiban dan Hak

Pernah aku mengekori Nabi s.a.w dalam satu perjalanan di mana aku berada di belakang baginda. Baginda memanggil: Wahai Muaz bin Jabal! Aku terus menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Kami meneruskan lagi perjalanan.

Kemudian baginda memanggil lagi: Wahai Muaz bin Jabal! Aku menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Kami meneruskan lagi perjalanan kemudian baginda memanggil lagi: Wahai Muaz bin Jabal! Aku menyahut lagi: Telah keterima panggilanmu itu wahai Rasulullah.

Baginda bersabda: Tahukah kamu kewajipan manusia terhadap Allah?

Aku menjawab: Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahui.

Baginda bersabda: Kewajipan manusia terhadap Allah ialah dengan mengabdikan diri kepadaNya tanpa menyekutukanNya.

Kami meneruskan lagi perjalanan beberapa ketika kemudian baginda memanggil lagi: Wahai Muaz bin Jabal!Aku menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah.

Rasulullah s.a.w bersabda: Tahukah engkau apakah kewajipan Allah terhadap manusia apabila mereka melakukan perkara-perkara yang aku nyatakan di atas?

Aku menjawab: Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahui.

Akhirnya baginda bersabda: Allah tidak akan menyiksa mereka.

Diriwayatkan daripada Muaz bin Jabal r.a.

Muraja’ah:

  • Bukhari – Kitab Jihad Dan Strateginya (Hadith no. 2644), Kitab Pakaian (Hadith no. 5510), Kitab Meminta Izin (Hadith no. 5796), Kitab Meminta Simpati (Hadith no. 6019) & Kitab Tauhid (Hadith no. 6825)
  • Muslim – Kitab Iman (Hadith no. 43)
  • Tirmizi – Kitab Iman (Hadith no. 2567)
  • Abu Daud – Kitab Jihad (Hadith no. 2196)
  • Ibnu Majah – Kitab Zuhud (Hadith no. 4286)
  • Ahmad Ibnu Hambal – Kitab Juzuk 5 (Muka Surat 228, 230, 234, 236, 238 & 242)
Dipublikasi di Akhlaq, Aqidah, Hadist, Kisah orang shalih | Tag , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Enam Orang Pembaca Al Qur’an

Perumpamaan orang Mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah Utrujah, baunya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang Mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah Kurma, tidak wangi rasanya manis. dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti buah Raihanah, baunya enak dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah Handzalah, tidak beraroma dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim). Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Akhlaq, Al Qur'an, Aqidah, Cerita Umum, Hadist | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

Prioritas Amal

Konon dalam alkisah ada saudagar kaya yang memiliki empat orang istri  padahal dia bukanlah seorang yang adil. Istri keempatnya yang paling muda dimanjakannya dengan segala bentuk kemewahan, segalanya yang terbaik untuk dia. Istri ketiganya adalah yang paling cantik, sehingga si saudagar selalu kawatir kalau istri ketiganya ini sewaktu-waktu bisa lari ke orang lain. Istri keduanya adalah yang paling pinter, paling bisa diandalkan sehingga kepadanyalah si saudagar menyerahkan segala masalah yang perlu diselesaikannya.

Adapun istri pertamanya, dia yang paling Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Akhlaq, Cerita Umum | Tag , , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Anak…

Dahulu kala ada sebuah pohon apel yang besar dan rindang tumbuh di halaman rumah seorang petani. Bocah kecil anak petani tersebut suka sekali berlarian mengelingi pohon ini dan dengan imaginasinya dia bisa ‘berbicara’ dan ‘bermain’ dengan si pohon apel. Seolah seperti berteman, bocah kecil ini menjadi sangat mencintai pohon apelnya dan demikian pula sebaliknya. Tetapi waktu berlalu, si kecil tumbuh menjadi remaja dan jarang sekali menyapa si pohon apel.

Suatu hari di usianya remaja, si anak duduk termenung bersedih dibawah pohon apel tersebut. Si pohon kasihan melihatnya dan diajak-nya bicara : “Ayo bermain lagi dengan saya…” ajaknya, si anak menjawab : “Aku sudah bukan anak kecil lagi, aku tidak berlarian mengitari pohon apel…”, kemudian dia melanjutkan Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Akhlaq, Cerita Umum | Tag , , , , , , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Logika Akherat Seorang Bocah

Sebuah kisah dari seorang  Abu Sulaiman Dawud bin Nushair atthai rahimullah seorang ulama besar ketika berusia 5 tahun.

Ketika Dawud kecil sedang belajar, saat itu beliau belajar mentaqlinkan Al Qur’an.  Ketika sang anak sedang mempelajari Al Qur’an surat , “Hal ata ‘alal insan…..” ( Al Insan : 1) serta menghafalkannya, maka suatu hari  dihari  jum’at sang ibu melihat anaknya sedang menatap ke tembok dengan merenung ( Tafakur) Sambil menunjuk sesuatu dengan tangannya. Sang ibu saat itu khawatir akan kesehatan mental anaknya, lalu memanggilnya Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Akhlaq, Aqidah, Kisah orang shalih | Tag , , , | 1 Komentar

Ngapain Saja Kau Ayah??

Terdapat 17 dialog (berdasarkan tema) antara orangtua dengan anak dalam al-Qur’an yang tersebar dalam 9 Surat [1].

Ke-17 dialog tersebut dengan rincian sebagai berikut:
•    Dialog antara ayah dengan anaknya (14 kali)
•    Dialog antara ibu dan anaknya (2 kali)
•    Dialog antara kedua orangtua tanpa nama dengan anaknya (1 kali)

Ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran, bahwa untuk melahirkan generasi istimewa seperti yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya, perlu adanya dialog yg intensif.

Topik yg paling banyak dibicarakan adalah masalah penanaman aqidah oleh sang ayah kepada anaknya. Dan jika kita bandingkan, ternyata dialog antara ayah dengan anaknya, lebih banyak daripada dialog antara ibu dengan anaknya. Jauh lebih banyak. Lebih sering. 14 banding 2!

Allah Maha Tahu klo laki2 lebih suka atau sering diluar dari pada dirumah atau bersama anak, maka diingatkanNYa lebih banyak. Klo masih ada ayah yg masih tidak peduli dgn pendidikan aqidah anak, jadi kemana dan ngapain saja kau ayah??

Sumber: Parenting Nabawiyah

[1] Tulisan ilmiah karya Sarah binti Halil bin Dakhilallah al-Muthiri, untuk meraih gelar magister di Universitas Umm al-Quro, Mekah, Fakultas Pendidikan, Konsentrasi Pendidikan Islam dan Perbandingan.

Dipublikasi di Akhlaq | Tag , , , , | Meninggalkan komentar